Identifikasi
Kelebihan Kemampuan Belajar
Identifikasi kelebihan kemampuan belajar peserta
didik dimaksudkan untuk mengetahui jenis serta tingkat kelebihan belajar
peserta didik. Kelebihan kemampuan belajar diantaranya adalah:
1. Belajar lebih cepat, ditandai dengan cepatnya
penguasaan kompetensi (SK/KD) mata pelajaran tertentu.
2. Menyimpan informasi lebih mudah, yakni
akan memiliki banyak informasi yang tersimpan dalam memori/ingatannya dan mudah
diakses untuk digunakan.
3. Keingintahuan yang tinggi. Banyak
bertanya dan menyelidiki merupakan tanda bahwa seorang peserta didik memiliki
hasrat ingin tahu yang tinggi.
4. Berfikir mandiri. Peserta didik lebih
menyukai tugas mandiri serta mempunyai kapasitas sebagai pemimpin.
5. Superior dalam berfikir abstrak, umumnya
lebih menyukai kegiatan pemecahan masalah.
6. Memiliki banyak minat. Mudah minat
dengan masalah baru dan berpartisipasi dalam banyak kegiatan.
A. Teknik Mengidentifikasi Kelebihan
Kemampuan Belajar
Teknik yang dapat digunakan diantaranya melalui :
1. Tes IQ (Intelligence Quotient) adalah
tes yang digunakan untuk mengetahui tingkat kecerdasan peserta didik. Sehingga
dapat diketahui tingkat kemampuan special, interpersonal, musical,
intrapersonal, verbal, logic/matematik, kinestetik, naturalistic, dan
sebagainya.
2. Tes Inventori, yakni digunakan untuk
menemukan dan mengumpulkan data mengenai bakat, minat, hobi, kebiasaan belajar,
dan sebagainya.
3. Wawancara yang dilakukan dengan
mengadakan interaksi lisan dengan peserta didik untuk menggali lebih dalam
mengenai program pengayaan yang diminati peserta didik.
4. Pengamatan (Observasi) yang dilakukan
dengan melihat cermat perilaku belajar peserta didik.
B. Pembelajaran Remidial dalam KTSP
(Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan)
Dalam
mencapai standar isi dan standar kompetensi lulusan sesuai KTSP, proses
pembelajaran diusahakan agar interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan
kesempatan yang cukupbagi prakarsa,m kreativitas, dan kemendirian sesuai bakat,
minat, perkembangan fisik dan psikologis peserta didik. Untuk mengatasi
kesulitan / masalah belajar yang dialami peserta didik maka setiap satuan
pendidikan perlu menyelenggarakan program pembelajaran remedial atau perbaikan.
C. Hakikat Pembelajaran Remidial
Hakikat
pembelajaran remedial merupakan layanan pendidikan yanmg diberikan kepada
peserta didik untuk memperbaiki prestasi belajarnya sehingga mencapai criteria
ketuntasan yang ditetapkan. KTSP menerapkan system pembelajaran berbasis
kompetensi, system belajar tuntas, dan system pembelajaran yang memperhatikan perbedaan
individu peserta didik yang ditandai dengan dirumuskan secara jelas standar
kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) yang harus dikuasai peserta didik.
Pelaksanaan
pembelajaran menggunakan berbagai metode seperti ceramah, demonstrasi,
pembelajaran kolaboratif/kooperatif, inkuiri, diskoveri,dsb. Metode
pembelajaran juga digunakan berbagai media diantaranya media audio, video, dan
audiovisual dalam berbagai format, mulai dari kaset audio, slide, video,
computer, multimedia, dsb. Pada akhir program pembelajaran diadakan penilaian yang
lebih formal berupa ulangan harian untuk menentukan tingkat pencapaian belajar
peserta didik, apakah gagal tau berhasil mencapai tingkat penguasaan yang
dirumuskan saat pembelajaran direncanakan.
D. Prinsip Pembelajaran Remidial
Pembelajaran
remedial merupakan pemberian perlakuan khusus terhadap peserta didik yang mengalami hambatan dalam kegiatan
belajarnya. Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran
remedial sesuai sifatnya antara lain adalah:
1.
Adaptif
Program
pembelajaran adaptif memungkinkan peserta didik untuk belajar sesauai dengan kecepatan kesempatan dan gaya belajar masing-masing.
Pembelajaran remedial harus mengakomodasi perbedaan individual peserta didik
2.
Interaktif
Pebelajaran
remedial memungkinkan peserta didik untuk intensif berinteraksi dengan pendidik
dan sumber belajar yang tersidia. Kegiatan belajar yang bersifat perbaikan
selalu mendpatkan monitoring dan pengawasan agar diketahui kemajuan
belajarnya
3.
Fleksibilitas
dalam Metode Pembelajaran dan Penilaian
Dalam
pembelajaran remedial perlu digunakan bernbagai metode mengajar dan metode
penilaian yang sesuai dengan karakteristik peserta didik.
4.
Pemberian
Umpan Balik Sesegera Mungkin
Umpan
balik beserta informasi yang diberikan kepada peserta didik mengenai kemajuan
belajarnya. Umpan balik dapat bersifat korektif maupun konfirmatif. Dengan
sesegera mungkin memberikan umpan balik dapat dihindari kekeliruan belajar yang
berlarut-larut yang dialami peserta didik.
5.
Kesinambungan
dan ketersedian dalam pemberian pelayanan
Progam
pembelajaran regular dengan pembelajaran remedial merupakan satu kesatuan
dengan demikian progam pembelajaran regular
dengan remedial harus berkesinambungan dan progamnya selalu tersedia
agar setiap saat peserta didik dapat mengaksesnya sesuai dengan kesempatan
masing-masing.
Pelaksaan pembelajaran
remedial
Pembelajaran
remedial adalah pemberian bantuan bagi peserta didik yang mengalami kesulitan atau kelambatan belajar
langkah-langkah yang perlu dikerjakan dalam pemberian pembelajaran remedial
meliputi dua langkah yaitu mendiaknosis kesulitan belajar dan memberikan
perlakuan (treatment) pembelajaran remedial.
E. Diagnosis Kesulitan Belajar
Diaknosis kesulitan
belajar untuk mengetahui tingkat kesulitan belajar peserta didik. Kesulitan
belajar dapat dibedakan menjadi :
ü Kesulitan belajar ringan dijumpai pada
peserta didik yang kurang perhatian disaat mengikuti pelajaran
ü Kesulitan belajar sedang dijumpai pada
peserta didik yang mengalami ganguan belajar yang berasal dari luar diri
peserta didik misalnya faktor keluarga, pergaulan,dsb
ü Kesulitan belajar berat dijumpai pada peserta didik yang mengalami
ketunaan pada diri mereka, misalnya tuna rungu, tuna netra, dsb
F. Teknik Mendiagnosis Kesulitan Belajar
Teknik yang
dapat digunakan untuk mendiaknosis kesulitan belajar antara lain :
v Tes perasyarat adalah tes yang digunakan
untuk mengetahui apakah perasyarat yang diperlukan untuk mencapai penguasaan
kompetensi tertentu terpenuhi atau belum.
v Diagnostik digunakan untuk mengetahui
kesulitan peserta didik dalam menguasai kompetensi tertentu.
v Wawancara dilakukan dengan mengadakan
interaksi lesan dengan peserta didik untuk menggali mengenai kesulitan belajar
yang dijumpai peserta didik.
v Pengamatan (observasi) dilakukan dengan
melihat secara cermat perilaku belajar peserta didik sehingga dapat diketahui
jenis maupun penyebab kesulitan belajar peserta didik.
G. Bentuk Pelaksanaan Pembelajaran Remidial
Bentuk-bentuk
pelaksanaan pembelajaran remedial antara lain :
·
Pemberian
pembelajaran ulang dengan metode dan media yang berbeda. Pendidik perlu
memberikan penjelasan kembali denga menggunakan metode dan media yang lebih
tepat.
·
Pemberian
bimbingan secara khusus, misalnya bimbingan perorangan. Pemberian bimbingan
perorangan merupakan implikasi peran pendidik sebagai tutor.
·
Pemberian
tugas – tugas latihan khusus. Tugas – tugas latihan perlu diperbanyak agar
peserta didik tidak mengalami kesulitan dalam mengerjakan tes akhir
·
Pemanfaatan
tutor sebaya. Tutor sebaya adalah teman sekelas yang memiliki kecepatan belajar
lebih. Dengan teman sebaya diharapkan peserta didik yang mengalami kesulitan
belajar akan lebih terbuka dan akrab.
H. Waktu Pelaksanaan Pembelajaran Remidial
Pembelajaran
remedial dapat diberikan setelah peserta didik mempelajari KD tertentu.
Mengingat indikator keberhasilan belajar peserta didik adalah tingkat
ketuntasan dalam mencapai SK yang terdiri dari beberapa KD. Mereka yang belum
mencapai penguasan SK perlu mengikuti progam pembelaran remedial
Hasil
belajar yang menunjukkan pencapaiaan kompetensi melalui penilaian dari
penilaian proses dan penilaian hasil.
I. Penilaian Pembelajaran
Penilaian
pembelajaran lebih ditekankan kepada hasil produk yang hanya menilai kemampuan
aspek koknitif dan kadang direduksi melalui tes obyektif .
Dalam
pembelajaran konstruktivisme mencakup seluruh aspek kepribadian siswa, seperti:
perkembangan moral, perkembangan emosional, perkembangan sosial dan aspek
kepribadian lainnya. Penilaian tidak hanya bertumpu pada penilaian produk,
tetapi hany mempertimbangakan segi
proses.
J. Proses Pendidikan
Proses
pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi
pembangunan bangsa suatu Negara. Penyelenggaraan pendidikan melibatkan guru sebagai
pendidik dan siswa sebagai peserta didik, diwujudkan dengan adanya interaksi
belajar mengajar atau proses pembelajaran.
Kurikulum
berkelanjutan disempurnakan untuk
meningkatkan mutu pendidikan dan berorientasi pada kemajuan sistem
pendidikan nasional
Pembelajaran
disekolah dewasa ini kurang meningkatkan kreatifitas siswa, banyak pendidik
menggunakan metode konvensional secara monoton sehingga suasana belajar
terkesan kaku dan didominasi oleh seorang guru.
Proses
pembelajaran dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menurut adanya
partisipasi aktif dari seluruh siswa. Jadi, kegiatan belajar berpusat pada
siswa, guru sebagai motivator dan fasilitator didalamnya agar suasana kelas
hidup.
Pembelajaran
kooperatif terutama teknik Jigsaw dianggap cocok diterapkan dalam pendidikan di
Indonesia karena sesuai dengan budaya bangsa Indonesia yang menjunjung tinggi
nilai gotong royong.
K. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative
Learning)
Undang-undang
Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 menyatakan bahwa pembelajaran
adalah proses interaktif peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada
suatu lingkungan belajar .
Model
pembelajaran Coorperative Learning merupakan salah satu model pembelajaran yang
mendukung pembelajaran konstektual. Sistem pengajaran Coorperative Learning
dapat didefinisikan sebagai system kerja / belajar kelompok yang terstruktur .
yang termasuk didalam struktur adalah lima unsur pokok (Johnson, 1993:81),yaitu
saling ketergantungan positif, tanggung jawab individual,interaksi personal dan
keahlian kerja sama
L. Proses Kelompok
Falsafah
yang mendasari pembelajaran Coorperative Learning ( pembelajaran gotong
royong ) adalah homo homini socius yang menekankan bahwa manusia adalah makhluk
sosial.
Coorperative
Learning adalah suatu strategi belajar mengajar
yang menekankan sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu
diantara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih.
Pembelajaran
Coorperative adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan paham
konstruktivis sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat
kemampuannya berbeda.
Menurut
Anita Lie (1998 ;27) model pembelajaran Coorperative Learning
tidak sama dengan sekedar belajar kelompok, tetapi ada unsur –unsur dasar yang
membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan . Roger
dan David Johson (dalam Nana ;1997:22) mengatakan bahwa tidak semua kerja
kelompok bisa dianggap Coorperative Learning, untuk itu harus diterapkan lima
unsur model pembelajaran gotong royong.
1. Saling ketergantungan positif.
Keberhasilan
suatu karya sangat bergantung pada usaha setiap anggotanya. Untuk menciptakan
kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa
sehingga setiap anggota kelompok harus meyelesaikan tugasnya sendiri .
2. Tanggung jawab perseorangan
Jika
tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur model pembelajaran
Coorperative Learning. Coorperative Learning membuat persiapan dan menyusun
tugas sedemikian rupa sehingga masing-masing anggota kelompok harus
melaksanakan tanggung jawab sendiri agar tugas selanjutnya dalam kelompok bisa
dilaksanakan.
3. Tatap muka komunikasi antar anggota
Dalam
pembelajaran Coorperative Learning setiap kelompok harus diberikan kesempatan
untuk bertatap muka dan berdiskusi.kegiatan interaktif ini akan memberikan
sinergi yang menguntungkan semua anggota . inti dari sinergi ini adalah
menghargai perbedaan memanfaatkan kelebihan dan mengisi kekurangan.
4. Komunikasi antar anggota
Unsur
ini menghendaki agar para pembelajar dibekali dengan berbagai keterampilan
komunikasi. Ketrampilan komunikasi dalam kelompok juga merupakan proses panjang.
Proses ini merupakan proses yang sangat bermanfaat dan perlu ditempuh untuk
memperkaya pengalaman belajar.
5. Evaluasi proses kelompok
Pengajar
perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja
kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan
lebih efektif.
M. Tujuan
Pembelajaran Cooperative Learning
Tujuan
pembelajaran Coorperative berbeda dengan kelompok konversional yang menerapkan
sistem kompetisi, tujuan dari pembelajaran koorperatif adalah menciptakan
situasi dimana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh
keberhasilan kelompoknya.
Model
pembelajaran koorperaktif dikembangkan untuk mencapai setidak – tidaknya tiga
tujuan pembelajaran penting yang dirangkum oleh Ibrahim (dalam Suyitno.2000:9)
yaitu
1. Hasil belajar akadenik
Dalam
belajar koorperatif meskipun mencakup beragam tujuan sosial, juga memperbaiki
prestasi siswa dan merupakan norma yang berhubungan sistem hasil belajar.
Disamping mengubah norma yang berhubungan dengan hasil belajar, pembelajaran
koorperatif dapat member keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun
kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademik.
2. Penerimaan
terhadap perbedaan individu
Tujuan
lain model pembelajaran koorperatif adalah penerimaan secara luas dari
orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial kemampuan, dan
ketidakmampuannya. Dan melalui struktur penghargaan kooperatif akan belajar
saling menghargai terhadap perbedaan individu satu sama lain.
3. Pengembangan keterampilan sosial
Tujuan
terpenting ketiga pembelajaran kooperaktif adalah mengajarkan pada siswa
keterampilan bekerja sama dan kolaborasi
N. Model Pembelajaran Cooperative Learning
menurut Jigsaw
Model
pembelajaran cooperaktive learning teknik jigsaw ini pertama kali dikembangkan dan diujicobakan oleh Elliot
Aroson dan teman-teman di universitas Texas dan kemudian diadaptasikan oleh
slavin dan teman – teman di universitas john Hopkins.
Dalam
teknik ini guru memperhatikan skemata atau latar belakang pengalaman siswa dan
membantu siswa mengaktifkan skemata ini agar bahan pelajaran menjadi lebih
bermakna.
Pembelajaran
koorperatif tipe jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran koorperatif yang terdiri
dari beberapa ngggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas
penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada
anggota yang lain dalam kelompoknya (Arends,1997:87)
Jigsaw
didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya
sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Dengan demikian, siswa saling
tergantung satu dengan yang lain dan harus bekerja sama secara kooperatif untuk
mempelajari materi yang ditugaskan (Anita Lie, dalam nana , 1997:64)
Pada
model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw , terdapat kelompok asal dan kelompok
asli. Kelompok asal yaitu kelompok induk siswa yang beranggotakan siswa dengan
kemampuan, asal, dan latar belakang keluarga yang beragam. Kelompok asal
merupakan gabungan dari beberapa ahli.kelompok asli yaitu kelompok siswa yang
terdiri dari anggota kelompok asal yang berbeda yang ditugaskan untuk
mempelajari dan mendalami topik tertentu dan menyelesaikan tugas-tugas yang
berhubungan dengan topiknya untuk kemudian dijalaskan kepada anggota kelompok
asal.
Agar
pelaksanaan pembelajaran cooperative learning dapat berjalan dengan baik, maka
upaya yang harus dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Guru senantiasa mempelajari
teknik-teknik penerapan model cooperative learning dikelas dan menyesuaikan
dengan materi yang akan diajarkan.
2. Pembagian jumlah siswa yang merata,
dalam artian tiap kelas merupakan kelas heterogen.
3. Diadakan sosialisasi dari pihak terkait
tentang teknik pembelajaran cooperative learning.
4. Mensosialisasikan kepada siswa akan
pentingnya sistem teknologi dan informasi yang dapat mendukung proses
pembelajaran.
Pembelajaran
disekolah dapat melibatkan siswa dengan guru akan melahirkan nilai yang akan
terbawa dan tercermin terus dalam kehidupan di masyarakat. Teknik pembelajaran
cooperative learning dapat mendorong timbulnya gagasan yang lebih bermutu dan
dapat meningkatkan kretivitas siswa.
Sampai
saat ini pembelajaran coorperative learning terutama teknik jigsaw belum dapat
diterapkan dalam pendidikan walaupun orang Indonesia sangat membanggakan sifat
gotong royong dalam kehidupan bermasyarakat.
Sudah
saatnya para pengajar mengevaluasi cara mengajarnya dan menyadari dampaknya
terhadap anak didik. Untuk menghasilkan manusia yang bisa berdamai dan bekerja
sama dalam pembelajaran disekolah, model pembelajaran coorperative learning
perlu lebih sering digunakan karena suasana positif yang timbul akan memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mencintai pelajaran dan sekolah / guru. Selain
itu, siswa akan merasa lebih terdorong untuk belajar dan berfikir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar